Kamis, 17 Februari 2011

SEJARAH DAN TUJUAN PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

SEJARAH DAN TUJUAN PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Al-Hamdulillahi rabbil ‘alamin, was shalatu was salamu ‘ala asyrafil anbiya’ wal mursalin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma bakdu. Qala Ta’ala fil Qur’anil karim : وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Kepada para ustadzah yang kami hormati dan shahabat serta teman-temanku yang kami cintai. Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah kita terima. Selanjutnya, shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang kita peringati maulidnya pada bulan Rabi’ul Awwal sekarang ini.

Sudah menjadi tradisi, setiap tahun, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal, mayoritas umat Islam Indonesia memperingati peristiwa paling bersejarah, yaitu maulid Nabi Muhammad SAW. Walau tidak ada nash untuk memperingati hari kelahiran beliau, namun memahami sejarah perjuangan dan dakwah beliau selama kurun waktu 23 tahun, menjadi sesuatu yang penting bagi umat Islam. Karena Rasulullah SAW, adalah “uswah hasanah” atau suri teladan terbaik kita.

Pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya agar kita dapat menangkap nilai-nilai yang terdapat dalam riwayat hidup beliau, untuk kemudian dijadikan suri teladan dalam kehidupan sehari-hari . Dengan demikian maulid nabi Muhammad SAW harus dimaknai dengan meneladani sifat-sifat nabi dan menjadikannya sebagai suri teladan, karena seluruh sisi kepribadian yang ada pada rasulullah adalah “Uswatun Hasanah” . Begitulah konon nawaitu awal yang dimaksudkan dalam peringatan pertama maulid Nabi Muhammad SAW berabad-abad yang lalu.

Awal mula peringatan maulid nabi Muhammad SAW digelar di Irak sekitar 500 tahun pasca Rasulullah SAW wafat. Kala itu, Afadz bin Adzam mempelopori peringatan maulid nabi Muhammad SAW untuk pertama kalinya, namun akhirnya gagal. Saat itu dilakukan penyembelihan 5 ekor unta dan 15 ekor kambing. Hanya saja umat Islam kala itu lebih mementingkan perut daripada memetik hikmah maulid itu sendiri. Kemudian al-Kawatsibi mempelopori peringatan maulid pada periode berikutnya, namun ternyata menemui kegagalan sebagaimana pendahulunya. Baru pada saat Shalahudin al-Ayyubi menyelenggarakan peringatan maulid nabi Muhammad pada periode berikutnya, akhirnya dapat direspon positif oleh umat islam dan sesuai dengan niat awal, yaitu meneladani nabi Muhammad SAW.

Untuk itu, Shalahuddin Al-Ayyubi merasa terpanggil untuk mengembalikan misi Rasulullah, yakni menjadi teladan ummat dan mensyiarkan islam sesuai dengan Al-Qur’an dan As-sunnah.

Rasulullah adalah pribadi yang agung dan menjadi teladan sepanjang zaman sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Ahzab ayat 21 :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Dengan demikian, Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW., seluruhnya dimaksudkan agar ummat Islam menangkap nilai-nilai yang terdapat dalam riwayat hidup nabi Muhammad SAW untuk kemudian dijadikan “Uswah” atau suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Ummat Islam dimanapun perlu mengambil pelajaran tentang perilaku “beliau” yang oleh Al-Qur’an telah ditegaskan sebagai “Uswah hasanah” Inilah yang menjadi niat semula diadakannya peringatan pertama maulid Nabi Agung Muhammad SAW.

Akhirnya, semoga kita dapat menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai sarana untuk dapat meneladani kehidupan baliau dalam kehidupan kita. Amin.

Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.